Masa depan bumi ada di tangan generasi penerus. Namun, bagaimana caranya memastikan mereka memiliki bekal kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga planet ini?
Jawabannya terletak pada pendidikan yang dimulai sejak usia dini. Sektor pendidikan formal, terutama di tingkat Sekolah Dasar (SD), memegang peranan kunci. Inilah fase krusial.
Pembentukan karakter dan kebiasaan anak sangat intens terjadi pada fase ini. Mereka seperti spons, siap menyerap segala informasi, nilai, dan perilaku yang diajarkan oleh lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, langkah konkret yang perlu dilakukan adalah menjawab pertanyaan utama: bagaimana pendidikan lingkungan dapat ditanamkan melalui kurikulum SD secara efektif dan berkelanjutan? Penanaman nilai-nilai konservasi bukan lagi sekadar kegiatan tambahan.
Hal itu adalah sebuah kebutuhan mendesak yang harus menjadi bagian inheren dari proses belajar mengajar. Kamu sebagai orang tua, guru, atau pembuat kebijakan memiliki peran vital dalam memastikan ini terwujud. Kita harus bergerak cepat, bukan hanya berwacana.
Artikel yang dikutip dari: https://dlhprovkalimantanselatan.id/ akan membahas tentang Bagaimana Pendidikan Lingkungan dapat Ditanamkan secara Efektif melalui Kurikulum Sekolah Dasar (SD).
Pentingnya Pendidikan Lingkungan Sejak Dini
Pendidikan lingkungan sejak dini merupakan fondasi penting pembentukan karakter. Kamu mungkin bertanya, mengapa SD menjadi fase krusial?
Anak-anak sekolah dasar memiliki daya serap yang luar biasa, rasa ingin tahu yang besar, dan empati yang masih murni.
Memperkenalkan isu lingkungan untuk anak SD pada usia ini akan membentuk pola pikir bahwa menjaga alam adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Artinya, itu bukan beban, melainkan sebuah tanggung jawab yang menyenangkan. Pengalaman ini akan tertanam kuat.
Tujuan utama penanaman kesadaran lingkungan bukanlah sekadar menghafal teori tentang ekosistem atau daur ulang. Kita ingin membentuk individu yang memiliki etika lingkungan dan berperilaku ramah lingkungan secara otomatis.
Manfaat pendidikan lingkungan sejak dini sangat banyak. Itu meliputi peningkatan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan yang terpenting, menciptakan sekolah dasar peduli lingkungan sebagai pusat perubahan komunitas.
Dunia membutuhkan generasi yang benar-benar memahami bahwa setiap tindakan kecil mereka memiliki dampak besar bagi keberlangsungan bumi.
Hal ini berbanding lurus dengan tantangan global seperti perubahan iklim. Kesadaran ini akan mendorong tindakan positif di masa depan.
Strategi Utama Penanaman Pendidikan Lingkungan dalam Kurikulum SD
Menanamkan pendidikan lingkungan sekolah dasar memerlukan lebih dari sekadar jam pelajaran khusus. Dibutuhkan strategi yang terencana, kreatif, dan holistik agar materi benar-benar melekat pada jiwa siswa.
Kamu perlu memastikan bahwa kurikulum SD lingkungan hidup tidak terasa sebagai beban. Itu harus menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Saya melihat pendekatan paling efektif adalah integrasi pendidikan lingkungan secara mulus ke dalam semua aspek kegiatan belajar mengajar.
Strategi pendidikan lingkungan harus dirancang agar siswa melihat keterkaitan isu lingkungan dengan mata pelajaran lain.
Hal itu akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan kontekstual. Mari kita telaah beberapa strategi utama yang terbukti berhasil.
Pendekatan ini menjamin bahwa setiap waktu belajar menjadi kesempatan menanamkan nilai-nilai konservasi. Ini adalah kunci mengatasi keterbatasan alokasi jam mata pelajaran. Guru-guru perlu dilatih mengubah cara pandang mereka tentang silabus.
Integrasi Lintas Mata Pelajaran
Integrasi adalah kunci membuat pembelajaran lingkungan hidup menjadi bagian tak terpisahkan dari kurikulum. Cara ini memastikan materi lingkungan hadir setiap hari, bukan hanya saat sesi khusus.
Setiap guru, terlepas dari mata pelajaran yang diajarkan, memiliki peran dalam menanamkan kesadaran lingkungan pada siswa. Ini sesuai dengan pendekatan multidisiplin yang dianjurkan dalam banyak riset (Nur ‘Afifah, 2022). Guru tidak perlu menambah jam pelajaran.
Mereka hanya perlu menyisipkan nilai-nilai dan materi lingkungan ke dalam materi yang sudah ada. Pendekatan ini adalah solusi efektif menghadapi keterbatasan waktu kurikulum yang sering menjadi kendala utama.
Strategi integrasi ini memastikan materi pendidikan lingkungan menjangkau semua siswa dengan berbagai gaya belajar.
Contoh integrasi di mata pelajaran Sains (ekosistem, daur ulang)
Pelajaran Sains menawarkan peluang terbaik. Kamu dapat membahas daur hidup tumbuhan sambil menanam biji di pekarangan sekolah. Kegiatan itu secara langsung menjelaskan tentang proses biologi dan peran tumbuhan bagi lingkungan.
Saat belajar tentang materi dan perubahannya, guru bisa memasukkan konsep daur ulang dan pengolahan sampah.
Siswa dapat mempelajari ekosistem, memahami rantai makanan, dan dampak polusi terhadap biota laut. Penjelasan ini mengubah ilmu pengetahuan yang abstrak menjadi tindakan nyata menjaga lingkungan.
Guru bisa meminta siswa membawa sampah anorganik dari rumah untuk dipilah dan diidentifikasi bahan pembuatnya. Mereka belajar tentang klasifikasi benda dan manajemen limbah sekaligus.
Contoh integrasi di mata pelajaran Bahasa Indonesia (menulis tentang alam, poster lingkungan)
Bahasa Indonesia pun sangat relevan. Kamu bisa meminta siswa membuat karangan deskripsi tentang keindahan alam sekitar mereka. Tugas membuat poster lingkungan tentang bahaya sampah plastik adalah cara efektif melatih komunikasi visual.
Siswa juga dapat berdiskusi atau membuat teks pidato tentang pentingnya konservasi. Kegiatan ini melatih kemampuan berbahasa sekaligus menguatkan pesan pentingnya pendidikan lingkungan.
Selain itu, siswa dapat membaca dongeng atau cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal tentang alam. Guru dapat menilai tata bahasa sekaligus kesadaran tematik yang ditunjukkan siswa.
Contoh integrasi di mata pelajaran Seni Budaya (membuat karya dari barang bekas, seni alam)
Seni Budaya memberikan ruang kreativitas luar biasa. Kamu bisa menugaskan siswa membuat karya dari barang bekas (upcycling) seperti membuat celengan atau wadah pensil dari botol plastik.
Selain itu, mereka bisa membuat seni instalasi menggunakan bahan-bahan alam yang gugur (ranting, daun kering). Kegiatan ini mengajarkan bahwa sampah atau bahan alam dapat memiliki nilai estetika.
Hal itu sekaligus memberikan metode pendidikan lingkungan di SD yang menyenangkan dan mendorong inovasi. Ini adalah cara praktis mengajarkan ekonomi sirkular sejak dini.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning (PBL) sangat efektif dalam menanamkan pendidikan lingkungan sekolah dasar.
Proyek berbasis lingkungan SD memungkinkan siswa bekerja secara aktif, memecahkan masalah nyata, dan melihat hasil dari usaha mereka. Pendekatan ini adalah cara terbaik untuk mengajarkan tanggung jawab dan kerja sama tim.
Proyek memberikan siswa tantangan nyata yang menuntut mereka menggunakan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Mereka tidak hanya menghafal, tetapi juga menerapkan.
Strategi pendidikan lingkungan melalui PBL menumbuhkan rasa kepemilikan. Siswa akan merasa bahwa proyek yang mereka kerjakan adalah milik mereka.
Penerapan Project-Based Learning (PBL) bertema lingkungan (misalnya: proyek kebun sekolah, pengolahan sampah)
Proyek kebun sekolah, misalnya, mengajarkan siswa tentang proses menanam, merawat, dan memanen. Mereka belajar tentang biologi, siklus air, dan tanggung jawab terhadap makhluk hidup.
Proyek pengolahan sampah dapat melibatkan siswa membuat kompos atau memilah sampah di sekolah. Melalui proyek ini, siswa tidak hanya belajar teori.
Mereka juga menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah mereka. PBL ini sangat sejalan dengan konsep kurikulum merdeka pendidikan lingkungan, yang menekankan pada kontekstualisasi dan relevansi. Guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan proses inkuiri.
Pembelajaran Aktif di Luar Kelas
Menanamkan kesadaran lingkungan akan jauh lebih mudah saat siswa berinteraksi langsung dengan alam.
Pembelajaran aktif di luar kelas adalah metode pendidikan lingkungan di SD yang wajib diterapkan. Anak-anak akan lebih menghargai apa yang mereka lihat, sentuh, dan rasakan. Pengalaman langsung ini membentuk ikatan emosional yang kuat dengan lingkungan (Azima, 2022).
Pembelajaran di luar kelas mengaktifkan indra anak secara keseluruhan. Bau tanah, sentuhan daun, dan suara alam menciptakan memori yang lebih tahan lama daripada sekadar membaca buku. Itu juga merupakan cara yang efektif mengatasi kejenuhan belajar di kelas.
Pemanfaatan lingkungan sekolah (School Garden, Outdoor Classroom)
Sekolah dapat mengoptimalkan penggunaan School Garden (kebun sekolah) atau bahkan menciptakan Outdoor Classroom (kelas luar ruangan). Siswa dapat mengamati serangga, mempelajari jenis-jenis tumbuhan, atau melakukan eksperimen sederhana di halaman sekolah.
Lingkungan sekolah adalah laboratorium alam mini yang sangat berharga. Guru dapat menggunakan daun-daun yang gugur sebagai bahan berhitung, mengintegrasikan matematika ke dalam alam.
Kunjungan ke situs alam atau pusat daur ulang
Kunjungan edukatif ke situs alam terdekat, seperti hutan kota, taman nasional mini, atau bahkan pusat daur ulang sampah, akan memberikan pengalaman belajar yang tak terlupakan.
Melihat langsung bagaimana sampah diolah atau mengamati keanekaragaman hayati dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang isu lingkungan untuk anak SD. Guru harus menyiapkan lembar observasi agar kunjungan menjadi terarah dan edukatif.
Pemanfaatan Media Pembelajaran Interaktif
Di era digital ini, pemanfaatan teknologi adalah strategi yang cerdas. Media pembelajaran interaktif dapat membuat materi pendidikan lingkungan menjadi lebih menarik dan mudah dicerna oleh siswa.
Media ini menjembatani kesenjangan antara realitas fisik dan dunia digital yang akrab bagi anak-anak.
Penggunaan game edukasi, video, dan teknologi digital bertema lingkungan
Kamu bisa memanfaatkan game edukasi yang mengajarkan tentang konservasi air atau energi. Video dokumenter singkat tentang kehidupan satwa liar atau dampak perubahan iklim bisa menjadi pembuka diskusi yang menarik.
Penggunaan teknologi digital menjadikan materi lingkungan lebih dekat dengan dunia mereka. Guru dapat menggunakan aplikasi augmented reality (AR) untuk menunjukkan proses daur ulang secara visual tiga dimensi.
🧑🏫 Peran Krusial Guru dan Sekolah dalam Implementasi
Keberhasilan penanaman pendidikan lingkungan sangat bergantung pada dua pilar utama: kualitas guru dan budaya sekolah. Meskipun strategi kurikulum sudah disusun dengan baik, tanpa eksekusi yang tepat dari guru dan dukungan lingkungan sekolah, hasilnya tidak akan maksimal.
Kamu sebagai pengelola pendidikan atau orang tua perlu memastikan dua aspek ini berjalan optimal.
Guru adalah ujung tombak yang berinteraksi langsung dengan siswa. Sementara itu, sekolah adalah miniatur masyarakat yang membentuk kebiasaan siswa sehari-hari.
Kedua elemen ini harus selaras dan saling mendukung untuk menciptakan sekolah dasar peduli lingkungan yang sejati. Kualitas guru dan sistem sekolah yang suportif adalah faktor penentu keberhasilan (Nur ‘Afifah, 2022).
Peningkatan Kompetensi Guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan teladan. Peran guru pendidikan lingkungan sangat besar.
Mereka harus memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu lingkungan terkini dan cara mengajarkannya dengan metode yang sesuai usia siswa SD. Guru perlu merasa percaya diri dalam menyampaikan materi ini.
Pentingnya pelatihan dan workshop tentang isu lingkungan
Sekolah wajib menyediakan pelatihan dan workshop rutin bagi para guru tentang strategi pendidikan lingkungan terbaru. Pelatihan ini harus mencakup materi isu lingkungan untuk anak SD dan metode pengajaran lingkungan di SD yang bersifat praktis, seperti outdoor learning atau PBL.
Guru yang terlatih akan lebih percaya diri mengintegrasikan materi lingkungan ke dalam mata pelajaran mereka. Pelatihan ini harus melibatkan ahli lingkungan atau praktisi Sekolah Adiwiyata.
Guru sebagai teladan perilaku ramah lingkungan
Hal paling penting adalah guru menjadi teladan yang nyata. Kamu tidak bisa mengajarkan penghematan air jika gurunya sendiri boros. Guru harus menunjukkan perilaku ramah lingkungan, misalnya membawa botol minum reusable, mematikan lampu yang tidak terpakai, dan memilah sampah.
Keteladanan adalah metode pendidikan lingkungan di SD yang paling kuat. Siswa akan meniru perilaku yang mereka lihat setiap hari. Konsistensi menjadi kunci utama dalam pembentukan karakter.
Menciptakan Budaya Sekolah Ramah Lingkungan
Kurikulum ramah lingkungan bukan hanya tentang rencana pembelajaran tertulis. Kurikulum tersebut harus termanifestasi dalam budaya dan kebijakan sehari-hari di sekolah. Budaya sekolah yang suportif akan menguatkan setiap pelajaran yang diterima siswa di kelas.
Penciptaan budaya ini membutuhkan komitmen jangka panjang. Ini bukan hanya proyek satu semester, melainkan cara hidup di sekolah. Semua warga sekolah harus terlibat dalam proses ini.
Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di sekolah
Penerapan program 3R (Kurangi, Gunakan Kembali, Daur Ulang) wajib di lingkungan sekolah. Sediakan tempat sampah terpilah yang jelas. Ajak siswa mengurangi penggunaan kertas, dan menggunakan kembali barang-barang tertentu.
Kegiatan ini adalah contoh kegiatan pendidikan lingkungan yang paling konkret. Sekolah juga dapat membuat bank sampah yang bekerja sama dengan pengepul lokal.
Penghematan energi dan air
Sekolah dapat memasang poster pengingat untuk menghemat energi dan air. Adakan lomba antar kelas untuk kelas paling hemat energi.
Kebijakan ini mengajarkan siswa bahwa konservasi adalah tanggung jawab kolektif. Menciptakan budaya ini akan membantu sekolah menuju status Sekolah Adiwiyata (Windawati, 2015). Penghematan ini juga memberikan manfaat finansial bagi sekolah.
Studi Kasus: Implementasi Berhasil
Melihat contoh nyata implementasi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana pendidikan lingkungan dapat ditanamkan melalui kurikulum SD dengan sukses. Pengalaman dari sekolah-sekolah yang sudah berhasil menerapkan kurikulum ramah lingkungan menunjukkan bahwa perubahan positif sangat mungkin terjadi. Studi kasus ini dapat menjadi inspirasi dan panduan praktis bagi sekolah Kamu.
Keberhasilan ini didukung oleh komitmen seluruh warga sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, hingga staf kebersihan, semua memiliki peranan. Sekolah-sekolah ini membuktikan bahwa pembelajaran lingkungan hidup dapat dilakukan secara menyeluruh dan berdampak nyata.
Studi Kasus 1: Program Sekolah Adiwiyata
Program Sekolah Adiwiyata adalah contoh paling terkenal di Indonesia. Program ini bertujuan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Sekolah Adiwiyata memiliki empat komponen utama yang menjadi tolok ukur: kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana pendukung yang ramah lingkungan.
Deskripsi singkat program dan dampaknya pada siswa
Sekolah yang telah meraih status Adiwiyata menunjukkan peningkatan signifikan dalam menanamkan kesadaran lingkungan pada siswa.
Dampaknya terlihat dari berkurangnya timbunan sampah, meningkatnya luasan RTH (Ruang Terbuka Hijau), dan yang terpenting, perubahan perilaku siswa yang menjadi lebih disiplin dalam menjaga kebersihan (Windawati, 2015).
Sekolah Adiwiyata sering mengimplementasikan proyek berbasis lingkungan SD yang inovatif. Program ini sukses memperkuat karakter siswa.
Contoh kegiatan nyata yang dilakukan
Contoh kegiatan nyata termasuk: pemanfaatan air hujan, pembuatan lubang biopori, dan kantin sehat tanpa plastik. Siswa terlibat dalam patroli kebersihan, daur ulang sampah kertas dan botol, bahkan menjual hasil kebun sekolah.
Kegiatan ini menjadikan siswa merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Program Adiwiyata memperkuat karakter tanggung jawab dan disiplin pada siswa (Hermawan & Mahmudah, 2023).
Studi Kasus 2: Kurikulum Lokal Berbasis Kearifan Lokal
Di beberapa daerah, keberhasilan pendidikan lingkungan sekolah dasar sangat terbantu oleh integrasi kearifan lokal. Nilai-nilai budaya tradisional seringkali mengandung filosofi konservasi alam yang kuat dan mudah dipahami siswa. Pendekatan ini relevan dengan Kurikulum Merdeka.
Contoh penanaman nilai konservasi dari budaya setempat
Sebagai contoh, di Bali, konsep Tri Hita Karana (hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan) dapat diintegrasikan dalam materi pelajaran. Di Kalimantan, sekolah dapat mengangkat isu hutan dan tradisi bekarang (memanen hasil sungai) secara berkelanjutan.
Kurikulum SD lingkungan hidup menjadi lebih kaya dan relevan ketika dikaitkan dengan budaya setempat. Pendekatan ini mengajarkan bahwa menjaga lingkungan adalah warisan leluhur. Studi menunjukkan integrasi ini efektif menumbuhkan kesadaran lingkungan (Salsabela, Putri, & Noviyanti, 2025).
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Menjawab pertanyaan yang sering muncul dapat memperjelas keraguan dan memberikan panduan praktis kepada Kamu sebagai orang tua, guru, atau pembuat kebijakan. Bagian FAQ ini berfungsi sebagai ringkasan cepat dan informatif.
1. Kapan waktu terbaik memulai pendidikan lingkungan bagi anak SD?
A: Waktu terbaik memulai pendidikan lingkungan adalah sedini mungkin, bahkan sejak anak masuk usia prasekolah. Di SD, idealnya penanaman kesadaran lingkungan dimulai sejak kelas 1, namun dengan metode pendidikan lingkungan di SD yang sangat sesuai usia.
Contohnya, pada kelas 1 hingga 3, fokusnya pada kegiatan fisik dan pengalaman langsung, seperti menanam dan menyiram tanaman. Kelas 4 hingga 6 dapat diperkenalkan konsep yang lebih kompleks seperti isu perubahan iklim dan daur ulang.
2. Apa tantangan terbesar dalam menanamkan pendidikan lingkungan di SD?
A: Tantangan terbesarnya seringkali adalah keterbatasan waktu kurikulum yang padat dan kurangnya fasilitas pendukung yang memadai. Guru mungkin merasa tertekan untuk menyelesaikan materi pokok, sehingga materi lingkungan dianggap prioritas sekunder (Nur ‘Afifah, 2022).
Selain itu, tidak semua sekolah memiliki ruang terbuka hijau atau School Garden yang ideal. Solusinya adalah integrasi pendidikan lingkungan yang efektif dan dukungan penuh dari kepala sekolah untuk menyediakan sarana prasarana yang memadai.
3. Bagaimana mengukur keberhasilan pendidikan lingkungan di sekolah?
A: Keberhasilan pendidikan lingkungan sekolah dasar tidak hanya diukur dari nilai ujian. Pengukuran harus melibatkan:
- Observasi Perilaku: Mengamati apakah siswa membuang sampah pada tempatnya, menghemat air, atau mematikan lampu secara otomatis.
- Partisipasi dalam Kegiatan Lingkungan: Mengukur tingkat keaktifan siswa dalam contoh kegiatan pendidikan lingkungan seperti kerja bakti atau program daur ulang.
- Hasil Proyek Siswa: Menilai kualitas proyek berbasis lingkungan SD yang mereka kerjakan.Keberhasilan sejati adalah ketika kesadaran lingkungan telah menjadi bagian dari karakter siswa.
Kesimpulan
Membentuk generasi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan adalah tugas kolektif yang mendesak. Artikel ini telah mengupas tuntas bagaimana pendidikan lingkungan dapat ditanamkan melalui kurikulum SD dengan strategi yang teruji dan praktis. Kunci keberhasilan terletak pada sinergi dan komitmen dari semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan.
Penekanan Ulang: Kunci Keberhasilan
Kunci keberhasilan pendidikan lingkungan sekolah dasar terletak pada sinergi antara tiga elemen utama:
- Kurikulum yang Terintegrasi: Memastikan kurikulum SD lingkungan hidup tidak berdiri sendiri, melainkan menyatu di semua mata pelajaran (Afandi, 2018).
- Metode Pengajaran Aktif: Mengutamakan pengalaman langsung, outdoor learning, dan proyek berbasis lingkungan SD.
- Budaya Sekolah yang Kuat: Menciptakan sekolah dasar peduli lingkungan melalui keteladanan guru dan kebijakan sekolah yang konsisten.
Ajakan bertindak untuk semua pihak jelas: Guru, orang tua, dan pemerintah harus bersatu. Kamu sebagai orang tua perlu mendukung kegiatan lingkungan sekolah dan menjadi teladan di rumah. Sekolah harus berani bertransformasi menjadi Sekolah Adiwiyata sejati.
Mari kita tanamkan pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, demi masa depan bumi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Demikian artikel yang dikutip dari situs https://dlhprovkalimantanselatan.id/ semoga bermanfaat!
Ringkasan Tips: Implementasi Pendidikan Lingkungan di SD
| Aspek | Tips Praktis | Tujuan Utama |
| Kurikulum | Integrasikan materi lingkungan ke dalam Sains, Bahasa, dan Seni Budaya. | Memperluas jangkauan materi pendidikan lingkungan. |
| Metode | Gunakan proyek berbasis lingkungan SD (PBL) seperti kebun sekolah atau daur ulang. | Pembelajaran menjadi nyata dan kontekstual. |
| Fasilitas | Maksimalkan penggunaan Outdoor Classroom dan kunjungan edukatif ke alam. | Menanamkan kesadaran lingkungan melalui pengalaman langsung. |
| Guru | Pastikan guru dan staf menjadi contoh perilaku ramah lingkungan yang konsisten. | Keteladanan sebagai strategi pendidikan lingkungan terkuat. |
| Kebijakan | Wajibkan pemilahan sampah dan penghematan sumber daya (Program 3R). | Menciptakan sekolah dasar peduli lingkungan yang berbudaya. |
| Keterlibatan | Ajak orang tua berpartisipasi dalam contoh kegiatan pendidikan lingkungan di sekolah dan di rumah. | Membangun ekosistem pendidikan yang utuh. |
Daftar Pustaka (Jurnal Ilmiah Indonesia)
- Nur ‘Afifah, Uci Ulfa. (2022). Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Pengembangan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Modern, 7(3), 180-192. https://ejournal.stkipmodernngawi.ac.id/index.php/jpm/article/view/494
- Azima, Nana Fauzana. (2022). Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, 22(02), 1–11. Tersedia di: https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/plpb/article/view/21618
- Hermawan, I., & Mahmudah, F. N. (2023). Implementasi Program Sekolah Adiwiyata dalam Meningkatkan Karakter Peduli Lingkungan Siswa di SD Muhammadiyah Nitikan. Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 11(1), 34–44. https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/9254






