Tottenham sudah unggul dengan skor 3-1 di markas Southampton ketika laga sudah memasuki menit ke-75 pada pertandingan lanjutan liga Inggris di St. Mary’s Stadium (18/3/2023).
Dengan keunggulan tersebut, banyak yang yakin bahwa Tottenham hanya tinggal menunggu waktu untuk meraih kemenangan.
Akan tetapi, segalanya menjadi buyar setelah tuan rumah Southampton secara mengejutkan berhasil menyamakan kedudukan melalui dua gol yang dicetak Theo Walcott (77′) dan tendangan penalti James Ward-Prowse (90+3′).
Tottenham harus pulang dengan hanya membawa pulang raihan satu poin dari markas Southampton imbas dari dua gol menit akhir tuan rumah tersebut.
Kegagalan membawa pulang kemenangan membuat Antonio Conte selaku pelatih Spurs langsung naik pitam.
Pelatih berkebangsaan Italia tersebut langsung meluapkan segala emosinya dalam sesi konferensi pers setelah pertandingan.
Conte dengan gamblang mengungkapkan bahwa hampir seluruh pemain Spurs tidak memiliki dedikasi dan daya juang untuk klub.
Conte juga mengatakan bahwa siapapun pelatihnya, situasi tidak akan pernah berubah apabila seluruh pemain Spurs masih tetap berpegang teguh pada prinsip keegoisannya.
Sehari setelah konferensi pers yang viral tersebut, Conte akhirnya memutuskan untuk mengakhiri jabatannya dari kursi kepelatihan Spurs.
Conte yang merupakan salah satu pelatih terhebat di Eropa dengan deretan gelar juara Serie A dan liga Inggris tampaknya sudah menyerah dengan situasi Spurs.
Tentu ini menjadi sesuatu hal yang mengherankan mengapa Conte dengan segudang prestasi dan kejeniusan taktiknya justru meraih kegagalan di Spurs ?
Terlebih, Conte sudah mendatangkan deretan pemain bintang seperti Cristian Romero, Dejan Kulusevski, Rodrigo Bentancur, Ivan Perisic, Richarlison, Fraser Forster, Clement Lenglet, Arnaut Danjuma, dan Pedro Porro.
Conte sepatutnya bersyukur karena dirinya bukanlah “korban” pertama dari kegagalan bersama The Lilywhites.
Beberapa deretan pelatih top sebelumnya seperti Harry Redknapp, Andre Villas-Boas, Mauricio Pochettino, hingga Jose Mourinho bernasib sama dengan gagal mengakhiri puasa trofi yang dialami Spurs selama 15 tahun lamannya.
Trofi Carabao Cup 2008 yang diraih pada era kepelatihan Juande Ramos tampaknya menjadi gelar juara terakhir Spurs.
Setelah itu, klub London utara tersebut gagal meraih satupun trofi kendati sudah menggelontorkan banyak uang untuk mendatangkan deretan pelatih hebat dan pemain bintang.
Hal tersebut pastinya memunculkan pertanyaan bagi banyak pihak pecinta sepakbola mengapa hal tersebut bisa terjadi kepada Spurs ?
Masalah Konsistensi
Konsistensi tampaknya menjadi masalah yang terus dialami oleh Tottenham selama 15 tahun terakhir.
Dari era kepelatihan Redknapp hingga Conte, Spurs selalu gagal menjaga konsistensi performa terbaiknya di setiap turnamen.
Tidak seperti Man City yang dimana Pep Guardiola memiliki filosofi sepakbola yang jelas, Spurs selalu merubah-rubah taktik dan gaya permainan setiap musimnya.
Hal tersebut imbas dari pergantian pelatih yang selalu terjadi di klub Spurs setiap dua hingga tiga musim sehingga pembentukan mental dan karakter pemain jadi selalu terhambat.
Seperti yang diungkapkan oleh Conte, rentetan masalah tersebut yang akhirnya mengakibatkan keegoisan pemain menjadi begitu kuat dan berimbas terhadap performa klub.
Christopher
Pemerhati & Penganalisis Taktik serta Filosofi Sepakbola