Club Brugge memastikan kelolosannya di enam belas besar Uefa Champions League musim 2022/23 setelah bermain imbang dengan Atletico Madrid 0-0 di Wanda Metropolitano, Rabu (12/10) pukul 11.45 WIB malam.
Pada laga tersebut Atletico Madrid mencetak 21 tembakan namun tidak ada yang berbuah gol, sebab kegemilangan sang kiper, Simon Mignolet, yang membukukan 9 penyelamatan dalam satu laga tersebut.
Hasil tersebut membuat Club Brugge bertengger di posisi satu dengan skor 10 poin dengan selisih gol plus tujuh.
Di bawahnya Brugge diikuti oleh klub asal Portugal, FC Porto dengan 6 poin. Dan di posisi tiga diisi oleh Atletico Madrid diikuti Bayer Leverkusen sebagai juru kunci.
Tentu keadaan atau kondisi ini diluar ekspektasi para penikmat sepakbola. Atletico Madrid dan Bayer Leverkusen tentu di atas kertas unggul atas kedua tim lain.
Sang pelatih, Carl Hoefkens, tentu menjadi otak dari seluruh hasil yang telah diraih tim. Racikannya menyandingkan pemain senior berpengelaman dengan junior, membuat tim menjadi seimbang.
Ada nama Ferran Jutgla yang cukup mengejutkan. Pemain yang ditebus dari FC Barcelona dengan mahar Rp86.91 milyar itu sejauh ini telah mencetak 8 gol dan 5 asis di liga domestik maupun Uefa Champions League.
BACA JUGA: Mason Greenwood Ditangkap Lagi Karena Melanggar Hal Ini
Posisinya sebagai penyerang tengah seakan menggantikan Bas Dost yang sebelumnya mengisi posisi tersebut dan cukup mendulang gol untuk Brugge berjumlah 12.
Ketajamannya dalam urusan menyelesaikan peluang juga menggantikan peran Charles De Ketelaere yang di musim lalu mampu membuahkan empat belas gol dan menjadi topskor klub.
Selain Jutgla, sang kiper senior ex Liverpool, Simon Mignolet juga menjadi sosok yang penting di luar maupun dalam lapangan.
Selain performa, ketajamannya dalam membangun chemistry bagi tim, tentu memberi keunggulan lebih bagi Club Brugge.
Salah satu hasilnya pada musim lalu, Club Brugge berhasil menjaurai Jupiler Pro League atau liga domestick Belgia.
Selain juara, tim ini juga berhasil membukukan 80 gol dari empat puluh laga. Hal ini membuat rerata gol di tiap pertandingan adalah 2 gol.
Performa terbaik dijaga tetap konsisten oleh Hoefkens di musim baru liga domestik. Sejauh ini Club Brugge berhasil mencetak 22 gol dari sebelas gol.
Catatan tersebut mempertahankan rerata gol tiap laga sebanyak 2 gol seperti di musim lalu.
Gemilangnya, Brugge berhasil mencatatkan big chances per gim sebesar 2,8, total tembakan per gim sebanyak 6,9 dan rerata penguasaan bolanya sebesar 60%.
Namun, sejauh ini Club Brugge masih bertengger di posisi tiga liga domestik di bawah Genk dan Royal Antwerp.
Kehilangan De Ketelaere dan Dost tak hanya menjadi beban bagi Jutgla untuk menggantikan peran dan ketajaman keduanya.
Ini juga menjadi beban yang dibagi rata kepada beberapa pemain andalan lainnya seperti Vanaken, Noa Lang, Roman Yaremchuk dan Cyle Larin.
Untuk dua nama pertama yang disebutkan menjadi topskor ke tiga dan empat pada musim lalu.
Hal lain yang tak kalah penting bagi Club Brugge adalah segera meregenerasi pemain-pemainnya muda potensial macam De Ketelaere.
Meniru Ajax Amsterdam, tentu akan membawa keuntungan yang berlipat bagi Club Brugge apabila berhasil konsisten mencetak bintang muda. Selain keuntungan yang diterima tinggi saat dijual, Brugge juga memperoleh validasi lebih terkait dengan akademinya.
Patut dinantikan perjalanan selanjutnya dari Club Brugge, terutama di Uefa Champions League. Mungkin juara sangat jauh dari pandangan mata, namun yang paling bisa dilakukan bagi tim sekelas mereka adalah terus berusaha dan nothing to lose saja.
Dan sebagai informasi saja, kelolosan Club Brugge dari babak grup di Uefa Champions League adalah pertama kalinya sejak Liga Eropa Bernama UCL.
Albert Agung Hosea Sidauruk
Sepakbola sebagai kebahagiaan, BUKAN alat mematikan. #UsutTuntasTragediKanjuruhan